-GOVERNMENT BONDS-
Hasil lelang tambahan (Green Shoe Option) Surat Utang Negara (SUN) kemarin, mencatatkan penawaran masuk hanya senilai IDR 15 triliun. Yield SUN kali ini kurang atraktif, seiring kembali naiknya yield US Treasury (UST). Rendahnya penawaran ini, ditengah target indikatif lelang yang belum terpenuhi senilai IDR 25,3 triliun, membuat pemerintah memenangkan semua penawaran masuk lelang kali ini (bid to cover ratio 1x). Di sisi lain, dengan mempertimbangkan kondisi kas negara dan strategi pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2021, pemerintah memutuskan untuk menutup lelang utama dan lelang Green Shoe Option dengan total SUN yang dimenangkan sebesar IDR 19.8 triliun. Dari sini, NHKSI Research melihat ada potensi intervensi BI senilai IDR 4,8 triliun, sekaligus menutup lelang SUN terakhir 1Q21. Sementara itu, yield UST tenor 10-tahun kembali naik ke level 1,77% atau level tertinggi dalam 14 bulan terakhir. Kenaikan yield UST, seiring ekspektasi meluasnya pemulihan ekonomi AS, yang kemudian berdampak pada kenaikan inflasi.

-CORPORATE BONDS-
Sejumlah Perusahaan Multifinance Terbitkan Obligasi. Mulai dari Astra Sedaya Finance yang akan menerbitkan obligasi senilai IDR 2,5 triliun yang merupakan bagian Obligasi Berkelanjutan V Tahap II Tahun 2021. Masa penawaran akan berlangsung pada 8-12 April 2021. Anak usaha Astra Group ini masih berniat menerbitkan obligasi sekali lagi pada sisa tahun ini. Selain itu, WOM Finance juga tertarik menerbitkan obligasi sekitar 2Q21 – 3Q21. Alasannya, kondisi serta proyeksi di pasar modal sudah membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Terlebih, perusahaan juga sedang butuh pendanaan baru. Sebelumnya, Sinar Mas Multifinance akan menerbitkan obligasi IDR 732,5 miliar pada Februari lalu. Obligasi Berkelanjutan II Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2021 ini memiliki peringkat A+ dari Kredit Rating Indonesia. Perusahaan juga memberikan jaminan kepada pemegang obligasi berupa piutang kegiatan usaha yang jatuh tempo atau belum dibayar sampai 90 hari kalender dari tanggal jatuh tempo angsuran di masing-masing piutang tersebut. Nilai jaminan sebesar 60% dari nilai pokok obligasi terutang. (Kontan)

-MACROECONOMY-
ADB Setujui Pinjaman USD 450 Juta untuk Penyaluran Vaksinasi. Asian Development Bank (ADB) menyetujui pinjaman senilai USD 450 juta kepada Indonesia, khususnya Bio Farma, untuk kepentingan vaksinasi. Pinjaman tersebut termasuk dalam program ADB bertajuk Resposive Covid-19 Vaccines for Recovery (RECOVER) yang didukung oleh Asia Pacific Vaccine Access Facility (APVAX) senilai USD 9 miliar dan mulai diluncurkan pada akhir 2020 lalu. Proyek ini diharapkan mampu mendukung ketersediaan vaksin secara cepat dan adil bagi negara-negara berkembang ADB. Agar layak memperoleh pembiayaan lewat APVAX, vaksin harus memenuhi setidaknya satu dari tiga kriteria. Pertama, vaksin diadakan melalui Covid-19 Vaccines Global Access Facility (COVAX). Kedua, vaksin memenuhi syarat prakualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Atau ketiga, mendapat otorisasi dari otoritas regulator yang ketat atau Stringent Regulatory Authority (SRA). (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Sentimen Tantrum without Tapering. Mengawali periode baru 2Q21, pelaku pasar kembali mencermati sentimen tantrum without tapering. Sentimen volatilitas pasar terjadi, di tengah keputusaan the Fed tidak menaikkan suku bunga acuan. NHKSI Research melihat hal ini membuat pergerakan pasar berpeluang tidak bergantung pada kekuatan intervensi the Fed. Sebelumnya, the Fed berpeluang melakukan intervensi pada yield Treasury, melalui pembelian surat utang jangka panjang dari pasar. Tujuannya agar ekspektasi inflasi bisa dikendalikan. Kemarin, nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), atau pelemahan dalam 3 hari beruntun. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah diperdagangkan dalam kisaran IDR 14.470/USD hingga IDR 14.565/USD. Adapun yield FR0087 ditutup di level 6,81%.