-GOVERNMENT BONDS-
Antisipasi BI 7-DRRR Tetap, Investor Minati Tenor Panjang. Yield FR0080 dan FR0083, masing-masing menurun sekitar 1,5 bps dan 0,1 bps. Sementara tenor pendek dan menengah, relatif mengalami kenaikan yield. Sejumlah pelaku pasar tengah mengantisipasi, menunggu hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) yang berlangsung kemarin dan hari ini. Berdasarkan konsensus pasar, Bank sentral nasional diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya. Depresiasi rupiah sejak awal 3Q20 membuat BI agak sulit menurunkan BI 7-DRRR, meski perekonomian Indonesia tengah menuju resesi. Selain itu, investor juga mencermati kebijakan suku bunga the Fed. Investor optimistis the Fed tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Sebagai catatan, ketika suku bunga acuan tetap di tengah meningkatnya risiko resesi. Hal ini membuat investor mencari alternatif investasi, yaitu SBN yang memiliki tenor panjang.

-CORPORATE BONDS-
Smartfren Konversi Obligasi Senilai IDR 3,4 Triliun. Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan menukar obligasi wajib konversi (OWK) menjadi saham perseroan pada 22 September 2020. Nilai transaksi dalam pelaksanaan konversi OWK II dan OWK III ini mencapai IDR 3,4 triliun. Rencana tersebut telah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 14 Agustus 2020. Jumlah saham hasil konversi OWK II dan III sebanyak 34 miliar saham seri C atau 42,5% dari total OWK sebanyak 80 miliar saham. Adapun harga pelaksanaan konversi IDR 100 per saham. Sebelumnya, Smartfren telah menerbitkan OWK senilai IDR 8 triliun atau sebanyak 80 miliar saham pada 2014 dan 2017. Tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 250 juta – USD 260 juta. Sampai 1H20, perseroan sudah menggunakan USD 170 juta – USD 180 juta dari total capex untuk ekspansi jaringan melalui pembangunan BTS. Hingga 1H20, Smartfren mencatatkan pendapatan sebesar IDR 4,3 triliun, naik 41,98% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan tersebut berasal dari segmen telekomunikasi, yakni pendapatan dari bisnis data IDR 3,91 triliun dan pendapatan non-data IDR 226,52 miliar. Kemudian, pendapatan interkoneksi IDR 61,69 miliar dan pendapatan lain-lain IDR 101,83 miliar. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Inflasi dan Volatilitas Rupiah Tahan BI 7-DRRR. Sejumlah ekonom memproyeksikan BI masih akan mempertahankan kebijakan moneter, BI 7-DRRR periode September diproyeksikan tetap di level 4%. Volatilitas rupiah, seiring one month implied volatility September yang meningkat menjadi 11%, dari bulan sebelumnya 10,7%. Komitmen BI untuk mengutamakan quantitative easing. Di sisi lain, BI tetap mempertimbangkan ruang pemangkasan suku bunga, setelah inflasi Agustus 2020 yang tercatat 1,32% YoY atau dibawah target sasaran BI yang sebesar 2%. BI juga melihat neraca perdagangan yang masih surplus pada Agustus 2020. Sebagai catatan, kebijakan moneter memerlukan penguatan dari kebijakan fiskal, agar manfaat lebih maksimal. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Mencermati Data BI dan FOMC. Penantian hasil RDG BI dan FOMC the Fed, masih akan mempengaruhi pergerakan pasar obligasi hari ini. Jika pertemuan FOMC mengarah ke dovish, maka terdapat peluang penguatan rupiah. Investor juga mencermati sentimen eksternal, rilis data pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan inflasi. Data-data tersebut sebagai tolak ukur pemulihan ekonomi global. Nilai tukar rupiah menguat 0,01% ke level IDR 14.843/USD di pasar spot. Sementara, kurs tengah BI menguat 0,17% ke level IDR 14.844/USD. Dalam jangka pendek, investor dapat memanfaatkan momentum pergerakan FR0086 dan FR0087.

DISCLAIMER ON